Minggu, 27 Agustus 2023, organisasi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) menggelar puncak peringatan Hari Ulang Tahun (Hultah) yang ke 88 di tanah kelahirannya, Pancor, Lombok Timur (Lotim). Ribuan jamaah dan tamu undangan memadati arena Hultah yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Diniyah Islamiyah Darunnahdlatain.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Pengurus Besar NWDI, Dr. TGB. H.M. Zainul Majdi, MA mengajak seluruh jemaah untuk membangun kebersamaan. Pada momentum Hultah yang juga tidak berselang lama dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 78, TGB mengingatkan untuk menjaga dan membangun Indonesia. Menjaga Indonesia kata Gubernur NTB dua periode ini, juga sama dengan menjaga agama. Indonesia adalah wadah. Indonesia merupakan nikmat sekaligus amanah. Menjaga sesuatu yang dititipkan oleh pendiri bangsa juga menjalankan tuntunan dari Allah.
Pesan ulama yang dituangkan dalam Maqaasyidus Syariah atau tujuan hukum itu adalah menjaga atau memelihara jiwa. Memelihara keturunan dan kehormatan, memelihara akal, memelihara harta. Kelimanya sulit terwujud kalau tak ada wadah. “Wadahnya adalah NKRI,” ungkapnya.
Selanjutnya ditekankan TGB, NWDI sebagai sebuah organisasi berdiri di atas pondasi yang tidak sembarangan. Pegangan NWDI adalah ahlussunnah wal jamaah. NWDI berada satu barisan besar. Bukan barisan sempalan.
NWDI sekarang sudah berusia 88 tahun. Usia yang panjang. Selama 88 tahun ini dirasakan karunia dan berkah Allah. Sama dengan alasan kuat berdirinya NKRI sampai 78 tahun. NWDI yang usianya 10 tahun lebih tua dari negara ini juga berdiri atas berkah dan rahmat Allah. Berkah doa dari semua jemaah yang ikhlas. Doa atas keberkahan inilah kata TBG, menjadi sebab hakiki NWDI bisa sampai berusia 88 tahun.”Semua doa merupakan energi yang membuat NWDI bisa berumur panjang,” sebutnya. Doa-doa tersebut tertuang dalam hidzib yang dibuat pendiri NWDI, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
TGB juga mengingatkan, keberhasilan NWDI bukan pada banyaknya sekolah. Keberhasilan NWDI bukan pada banyaknya gedung baru yang dibangun. Keberhasilan NWDI, bukan seberapa banyak kepala daerah, kepala sekolah yang dimiliki. Bukan berapa banyak kades. Tapi, keberhasilan NWDI adalah keberhasilan di mana di pelosok desa, pinggir hutan, tengah lautan, di berbagai daerah seluruh Indonesia mengalun sholawat nahdlatain dari kader di seluruh negeri.
Tidak ada gunanya punya banyak Gubernur, banyak Bupati, kepala desa atau kepala sekolah, kalau hidziban tak lagi terdengar. Kebesaran tidak ditentukan oleh banyaknya kader yang duduk di pemerintahan, entitas bisnis dan lain-lain. Tapi keberhasilan NWDI yang hakiki, ketika hidziban yang diajarkan Maulana Syekh diinternalisasi. Bukan hanya pengajian dan lafadz, tapi yang subtansi diaplikasikan dalam hidup dan keseharian. Mudah-mudahan di perayaan Hultah NWDI, yang kembali berkumpul tak saja dari seluruh desa dan dusun di NTB. Akan tetapi, dari kader NWDI dari seluruh Nusantara dan dunia. Datang ke Pancor. Hadir dengan tangan kasar karena bekerja di ladang dan bau matahari. Kulit legam karena bertarung hidup di tengah lautan. Laporkan, meski hidup susah dan berat, hidziban tetap menggema di seantero dunia.
Sementara itu, Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, MSc yang juga Ketua Dewan Pakar NWDI dalam kesempatan tersebut mengatakan setiap ia datang ke acara Hultah NWDI yang selalu menyita perhatiannya. Adalah penampilan orkestra. Kata Gubernur, acara tak akan khidmat dan semarak tanpa ada lantunan orkestra yang indah.
Berangkat dari itu, Gubernur lalu bercerita. Ada seorang anak muda berjalan di sebuah kota. Di tengah perjalannya, sang pemuda merasa sangat terganggu karena mendengar suara tak pernah didengar sebelumnya. Suara memekakkan telinga. Mendengarnya membuat perasaan hati gundah gulana. Karena penasaran, si pemuda mencari sumber suara. Lalu ia menemukan di teras belakang sebuah rumah, ada seorang anak laki-laki yang sedang belajar biola. Karena belajar, suaranya sangat tidak enak. Nada tidak harmonis membuat yang mendengar tidak nyaman. Semenjak saat itu, setelah mengenal biola dan mendengar biola dia berjanji seumur hidup tidak akan mendengar suara biola lagi.
Keesokan harinya, tiba-tiba anak muda tersebut mendengar suara yang demikian indah. Suara mendayu-dayu membuat perasaannya menyatu dengan bunyian yang ia dengar. Ia pun penasaran dan dia mencari sumber suara dan menemukan seorang perempuan memainkan biola dengan teknik tinggi. Akhirnya dia menyadari, bukan biolanya yang salah. Untuk mahir menjadi seorang maestro, jadi ahli instrumen musik yang pandai butuh waktu. Sehingga di tangan orang yang tepat, biola pun bisa mengeluarkan suara yang demikian indah dan membuat hati menjadi tenang dan syahdu.
Keesokan harinya, ia kembali mendengar kombinasi suara yang tak pernah juga didengarkan sebelumnya. Ketika melihat, ia terperanjat melihat dan mendengar suara dari berbagai alat musik. Tidak saja biola. Dipimpin oleh orang yang piawai sehingga hadirkan simponi yang demikian indah.
Pesan Gubernur itu katanya menjadi sebuah analogi. Dimana NWDI merupakan sebuah orkestra besar. Semestinya, orkestra NWDI ini diisi oleh sang maestro dari beragam yang memainkan alat musik. Jika disatukan dalam sebuah organisasi, dipimpin konduktor yang hebat maka akan menghadirkan simponi yang sangat indah dalam hidup dan kehidupan kita.
Untuk sampai pada maestro tersebut, kata Gubernur kadang-kadang ada fase perlu mendengar suara tidak enak di telinga. Perlu berinteraksi dengan anak-anak yang mengeja abata kehidupan. Orang yang bijaksana akhirnya mengatakan butuh waktu untuk seorang anak, anak cabang organisasi untuk akumulasi begitu banyak kemampuan agar bisa mencapai satu tahap yang indah dalam sebuah orkestra yang hebat.
Pada tubuh NWDI sudah ada yang menjadi kepala sekolah. Kepala sekolah pada level maestro. Sehingga ketika kepala sekolah di NWDI sudah maestro maka akan menghadirkan simponi yang indah. Kader NWDI menjadi kepala desa, menjadi camat, menjadi Bupati, menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, menjadi komisaris utama di BUMN. Kader NWDI menjadi direksi dari BUMD. Menjadi direktur di sebuah perusahaan atau jadi pengusaha dan lainnya. Maka, kuasai semua bidang. Dengan demikian, ketika berhimpun merayakan ulang tahun hadir simponi yang indah dengan orkestra besar dan meriah.
Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi, H. M. Djamaludin sekaligus Penanggung Jawab Hultah NWDI dan Haul ke 26 Maulana Syekh Zainuddin Abdul Madjid mengatakan kerinduan jemaah yang mencintai NWDI sangat dirasakan setiap Hultah NWDI di tanah kelahirannya. Masyarakat Pancor menyiapkan diri menyambut para tamu.
Setiap tahun, acara Hultah di Pancor ini dihadiri oleh para ulama dari Mesir dan negara-negata lainnya yang selalu datang silaturahmi. Kegiatan Hultah NWDI dimulai dengan dibuka secara simbolis pada acara zikrol hauliyah 23 Agustus lalu. Berbagai kegiatan mengiringi kegiatan. “Ada sekitar 30 lebih kegiatan pra Hultah,” ucapnya.
Acara juga dirangkai dengan workshop penerapan kurikulum merdeka NWDI. Workshop juga masalah stunting. Pawai alegoris sebagai partisipasi jemaah. Disambut antusias seluruh jamaah dari berbagai daerah di Indonesia. Pawai digelar dua kali karena alasan terlalu banyak.
Sumber Foto dan Artikel : https://www.suarantb.com/